Mata Kuliah Psikologi Agama

 

PERILAKU DAN PENGALAMAN KEBERAGAMAAN

 

ABSTRAK

Untuk mencapai tingkat khusyu dalam beribadah, dibutuhkan jiwa yang tentram, tenang, sunyi, dan juga segala aspek kehidupan yang tercukupi. Baik itu dari hal kecil sampai hal besar. yang bersangkutan mengenai materi, kepuasan batin dan lain-lain. Tentunya bagi kita seorang muslim sejati sangat menantikan moment dimana kita dapat khusyu beribadah tanpa gangguan hal apapun. Oleh sebab itu, titik berat demi mewujudkan kualitas beribadah yang optimal dibutuhkan jiwa yang benar-benar steril dari ruang pengharapan sekecil apapun kecuali pengharapan kepada Allah SWT. Penulis mengangkat judul tentang “ KORELASI PENERAPAN METODE PSIKOTERAPI DALAM PERILAKU BERAGAMA YANG BAIK” karena hal tersebut merupakan sebuah urgensi yang sering kali dianggap sepele. Namun, hal tersebut merupakan factor yang menentukan kualitas peribadatan seorang hamba.

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan teori psikoterapi dengan pengimplementasian perilaku beragaman yang sudah menjadi hasil observasi sebelumnya terkait beberapa pertanyaan mengapa seseorang tidak dapat beribadah dengan khusyuk kepada tuhannya?. Lalu apa sajakah sebenarnya kebutuhan seorang hamba guna memberikan kepuasan kepada dirinya sehingga tingkat kualitas peribadahannya semakin hari semakin membaik.

Diharapkan setelah adanya solusi yang ditawarkan oleh sang penulis, para pembaca dapat merasakan dampak positif yang mana hal tersebut bisa meng-upgrade kualitas diri dan juga kualitas ketaqwaan seorang hamba kepada tuhannya. Terlebih, sang penulis sangat sadar akan kekurangan dan kelemahan apa yang telah ia susun ini. Semoga kepada para pembaca yang beriman, dapat berkenan memberikan kritik dan saran. Serta masukannya.

Terima kasih

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KORELASI PENERAPAN METODE PSIKOTERAPI DALAM PERILAKU BERAGAMA YANG BAIK

Oleh kelompok 10 : M. Labib Muzhoffar, Hani Haura Jannah, Putri Amanda, Mutiara Nur Aziz

 

Menjadi Seseorang yang memiliki karakter agamis di zaman yang serba digitalisasi ini, Banyak rintangan dan hambatan yang tentu saja akan dihadapi oleh. Prihal justifikasi, penyelewengan sudut pandang. Bahkan, anggapan sebuah pencitraan. Idealisasi beragama sudah tidak lagi bisa di relevansikan kepada regenerasi muda-mudi saat ini. Dari sekian banyak sudut pandang yang ada, hal yang paling banyak bermunculan adalah sudut pandang yang justru lebih condong dalam konotasi “negative”. Karena berusaha menjadi lebih baik atau yang biasa di kenal sebagai muhasabah adalah hal yang dianggap kuno di zaman sekarang. Bahkan hal tersebut merupakan sebuah perilaku yang selama ini dihindari oleh orang banyak. Dengan dalih dan alasan yang beragam.

            Hal ini disebabkan bangsa kita kini sudah terkontaminasi oleh nilai-nilai yang esensialnya berkonotasi buruk, tidak hanya terdapat pada aspek tertentu saja, akan tetapi dampak dari hal tersebut telah menjalar ke penjuru aspek. Terutama aspek nilai-nilai religius yang mulai luntur, kemudian norma-norma keagamaan yang mulai luput dari focus pandang yang memang seharusnya penanganan hal tersebut di prioritaskan. Terlebih, tentang perilaku para muda-mudi di zaman sekarang yang bisa dikatakan “prihatin”. Pun juga serangan-serangan moral, akhlak dan psikis yang diluncurkan oleh Sebagian golongan yang pro akan internalisasi budaya barat yang menjadi kebudayaan baru di bangsa kita. Oleh sebab itu, kita harus tetap memelihara dan membentengi pembekalan kepada mereka agar Kesehatan mental muda-mudi kita yang kini masih mempertahankan perilaku beragama yang baik, mempertahankan akidah serta pendiriannya merasa nyaman dari gangguan factor eksternal. Karena pada dasarnya, kehancuran suatu bangsa bermula dari generasi muda yang tak sadar akan paham-paham doktrin internalisasi yang sebenarnya hal tersebut malah membunuh kemurnian dan kekhusyuannya dalam memahami makna dari arti sebuah kehidupan. Tujuan hidup, dan juga tugas mengapa kita dilahirkan.

            Oleh sebab itu, penulis menimbang daan memperhatikan bagaimana kalutnya seseorang yang sedang berusaha Kembali kepada jalan yang lurus harus terkena dampak justifikasi yang konotasinya “negative”. Otomatis dengan adanya hal tersebut perlu adanya penopang atau pedoman yang ia pegang secara kuat guna menanggapi hal tersebut. Pembekalan rohani dan penyembuhan bagi mental yang terkena serangan secara psikis tidak mudah ditangani. Perlu adaya metode atau cara guna menyelamatkan mereka yang sedang berusaha muhasabah dari mental block agar ia tetap memiliki pendirian dan perilaku yang baik. Dan juga bekal agar ia bijaksana menanggapi stimulus-respon yang ia terima dari serangan-serangan yang berpotensi melemahkan keimanannya.

            Dalam tulisan ini, penulis akan membahas betapa pentingnya sebuah kearifaan berperilaku sesuai dengan ajaran keagamaan. Adapun definisi dari sebuah perilaku dalam kamus antropologi yaitu; segala Tindakan manusia yang disebabkan baik dorongan organisme, tuntutan lingkungan, alam, serta Hasrat-hasrat kebudayaannya (Ariyono Suyono, 1985 : 315). Sedangkan perilaku didalam kamus sosiologi sama dengan “action” artinya “Rangkaian atau Tindakan” (soerjono soekamto, 1985 : 7).

            Menurut secara Bahasa (Menurut KBBI) adalah tanggapan atau reaksi Individu yang terwujud dari gerak (sikap). Tidak saja badan atau ucapan (poerwadarmanto, 1985 : 671).

            Menyikapi definisi diatas, Bimo Walgito (1994 : 15) memiliki definisi yang begitu lengkap. Menurutnya perilaku adalah aktifitas yang ada pada Individu/Organisasi yang tidak timbul dengan sendirinya. Melainkan akibat dari stimulus yang diterima oleh organisasi yang bersangkutan. Baik stimulus eksternal maupun internal. Namun demikian, Sebagian terbesar dari perilaku organisme itu sebagai respon terhadap stimulus eksternal. Dengan demikian perilaku merupakan ekspresi dan manifestasi dari gejala-gejala hidup yang bersumber dari kemampuan psikis yang berpusat adanya kebutuhan. Sehingga segala perilaku manusia diarahkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai mahluk hidup, mahluk sosial, dan mahluk berketuhanan.

            Dalam berperilaku beragaman hal yang paling mendasar yang diperhatikan adalah tingkah laku yang didasarkan atas dasar kesadaran tentang adanya tuhan yang Maha Esa. Semisal aktifitas keagamaan seperti sholat, zakat, puasa, dan sebagainya. Perilaku keagamaan bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Buka hanya yang berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan dapat dilihat oleh mata. Tetapi juga aktifitas yang tidak tampak yang terjadi dalam diri seseorang (bathin).

            Nah, setelah kita memahami apa itu perilaku keagamaan yang baik dari banyaknya referensi yang dikemukakan penulis di atas. Maka kita akan memasuki metode atau cara yang penulis rekomendasikan kepada pembaca agar menjadi rujukan problem solving yang dialami oleh setiap individu untuk menerapkan bagaimana menerapkan perilaku beragama yang baik.

            Jika dirasa seorang pembaca ingin meng-upgrade diri menjadi versi dirinya yang lebih baik lagi. Maka Penulis merekomendasikan agar pembaca untuk menggunakan metode Psikoterapi guna menopang dan memberikan benteng terhadap diri sendiri dan juga meningkatkan tingkat keamanan jiwa. Sehingga nilai ibadah yang aka dihasilkan nanti akan berbuahkan kekhusyuan yang maksimal.

            Pandangan tentang Psikoterapi di dalam ajaraan agama Islam  merupakan sesuatu yang memberikan ketenangan jiwa melalui terapi religious yang berbasis kepada Al-qur’an dan Sunnah. Karena itu, fungsi terapi islam adalah dalam rangka pengembangan, pemahaman, pengendalian, peramalan, pengembangan dan Pendidikan pribadi untuk mencapai Kesehatan mental seseorang sehingga iman atau tauhidnya menjadi kuat, akhlaknya mulia, dan pribadi ihsan yang Nampak dalam pergaulan hidup sehari-hari.

            Psikoterapi adalah pengobatan secara psikologis untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan perilaku. Psikoterapi berorientasi pada penyembuhan, pengobatan, atau perawatan. Tegasnya psikoterapi adalah penyembuhan yang digunakan berdasarkan metode psikologis (psychological methods). Dan hasil akhirnya adalah ketika metode psikoterapi diterapkan menjadi tameng bagi seseorang yang hendak menjadikan kepribadiannya menjadi seorang yang memiliki perilaku beragama yang baik maka hal tersebut merupakan suatu bentuk ikhtiar yang dilakukan. (el)

Terima kasih.

Komentar

Postingan Populer